MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
A.PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan
hidup bbersifat kodrati. Karena itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk
itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya
pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pengangan, pedoman, arahan, petunjuk
hidup didunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia
berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan
demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang
singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus,
sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataanya. Hasil pemikiran itu dapat
diterima oleh akal, sehingga diakui kebenaranya. Atas dasar ini manusia
menerima hasil pemikiran itu sebagai pengangan, pedoman, arahan, atau petunjuk
yang disebut pandangan hidup.
Pangan
hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat
diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam:
1.
Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu
pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.
2.
Pandangan hidup yang berupa ideologi yang
disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3.
Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan
hidup yang relatif kebenarannya.
Pandangan hidpu pada dasarnya
mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebijakan, usaha, keyakinan/kepercayaan.
Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan.
Cita-cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha
atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebijakan, yaitu segala hal
yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, dan tentram. Usaha atau
perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/
kepercayaan diukur dengan kemampuan akal. Kemampuan jasmani, dan kepercayaan
kepada Tuhan.
B.CITA-CITA
Menurut
kamus umum Bahasa Indonesia, cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang
selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan merupakan apa
yang mau diperoleh seseorang pada masa memdatang. Dengan demikian cita-cita
merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang.
Pada umumnya cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin
tinggi, dengan kata lain cita-cita adalah keinginan, harapan, dan tujuan
manusia yang makin tinggi tingkatannya.
Apabila
cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, mka cita-cita itu
disebut angan-angan. Disini persyaratan dan kemampuan tidak/belum dipenuhi
sehinga usaha untuk mewujudkan cita-cita itu tidak mungkin dilakukan. Misalnya
seorang ank bercita-cita ingin memjadi seorang polisi, ia belum sekolah, tidak
mungkin berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha untuk mencapai
cita-citanya. Itu baru dalam taraf angan-angan..
Antara
masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide
atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang
dicita-citakan, hal itu bergantung dari tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu
yang memiliki cita-cita; kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang
dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
Faktor
manusia yang mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada
orang yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan
khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang
berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yng dicita-citakan karena kurang mengukur
dengan kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan anak dengan kemauan keras ingin
mencapai apa yang dicita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau dorongan
dalam menempuh hidup untuk mencapainya, cara keras dalam mencapai cita-cita
merupakan suatu perjuangan hidup yang apabila berhasil akan menjadikan dirinya
puas.
Faktor
kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut
yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan
kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor yang
menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.
Faktor
tingginya cita-cita yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai cita-cita.
Memang ada ajuran agar seseorang menggantungkan cita-cita setinggi bintang
dilangit. Tetapi bagaimana faktor manusianya, mampukah yang bersangkutan
mencapainya. Demikian juga faktor kondisinya memungkinkah hal itu. Apakah dapat
merupakan pendorong atau penghalang cita-cita. Sementara itu ada anjuran. Agar
seseorang menempatkan cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan
kemampuannya. Pepatah mengatakan “bayang-bayang setinggi badan”, artinya
mencapai cita-cita sesuai dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini
menyebabkan seseorang secara bertahap mencapai apa yang diidam-idamkan. Pada
umumnya dilakukan dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki saat itu serta kondisi yang dilaluinya.
Suatu
cita-cita tidak hanya dimiliki oleh individu, masyarakat dan bangsapun memiliki
cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan atau tujuan suatu
bangsa. Misalnya bangsa Indonesia mendirikan suatu negara yang merupakan saran
untuk menjadi suatu bangsa yang masyarakatnya memiliki keadilan dan kemakmuran.
C.KEBIJAKAN
Kebijakan
atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama
dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan
etika.
Manusia
berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik, mahluk bermoral. Atas
dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.
Manusia
adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua unsur
itu terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai
pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita cita
sendiri dan sebagainya. Justru karena itu, karena mementingkan diri sendiri,
seringkali manusia tidak mengenal kebijakan.
Manusi
merupakan mahluk sosial, manusia hidup bermasyarakat, manusia saling
membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota bermasyarakat.
Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan dan
sebagainya.
Manusia
melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia
sebagai mahluk pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia sebagai
mahluk Tuhan.
Sebagai
mahluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang
buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati. Suara hati adalah semacam
bisikan didalam hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang dan menentukan
baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku. Jadi suara hati
dapat merupakan hakim untuk diri sendiri, sebab itu, nilai suara hati amat
besar dan penting dalam hidup manusia. Misalnya orang tahu, bahwa membunuh itu
buruk, jahat: suara hatinya mengatakan demikian, namun manusia kadang-kadang
tak mendengarkan suara hatinya.
Suara
hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk berbuat
yang baik bagi dirinya. Oleh karena itu, kalau seseorang berbuat sesuatu sesuai
dengan bisikan suara hatinya, maka orang tersebut perbuatanya pasti baik. Jadi
berbuat atau bertindak menurut suara hati, maka tindakan atau perbuatan itu
adalah baik. Sebaliknya perbuatan atau tindakan berlawanan dengan suara hati
kita, maka perbuatan atau tindakan itu buruk. Misalnya suara hati kita
mengatakan “tolonglah orang yang menderita itu”, dan kita berbuat menolongnya,
maka kita membuat kebajikan. Sebaliknya, apabila hati kita berkata demikian,
namun kita hanya seolah-olah tak mendengarkan suara hati itu, maka munafiklah
kita.
Karena
merupakan anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan suara
masyarakat. Setiap masyarakat adalah kumpulan pribadi-pribadi, sehingga setiap
suara masyarakat pada hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi
dalam masyarakat itu. Sebagaimana suara hati tiap pribadi itu pasti selalu
menginginkan yang baik, maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi itu
pun pasti suara hatinya juga menginginkan yang baik, maka masyarakat yang
terdiri atas pribadi-pribadi pati suara hatinya juga menginginkan yang baik
untuk kehidupan masyarakatnya. Sebab itu jika benar-benaar berdasarkan pada
suara hati anggota-anggotanya, suara hati masyarakat pada dasarnya adalah baik.
Misalnya warga disuatu daerah menghendaki kerja bakti dengan mengadakan
pembersihan saluran air di kampung. Bila kita ikut beramai-ramai kerja bakti,
berarti kita mengikuti suara hati masyarakat, kerja bakti itu. Tetapi bila kita
tidak mengikutinya berarti kita tidak mau mengikuti suara hati masyarakat.
Sesuatu
yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat. Tetapi
dapat saja terjadi , bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan umum/masyarakat tidak
baik bagi salah seorang atau segelintir orang didalamnya atau sebaliknya.
Dengan demikian, seseorang harus tunduk kepada apa yang baik bagi masyarakat
umum.
Jadi
baik buruk itu dilihat menurut suara hati sendiri. Meskipun demikian harus
dinilai dan diukur menurut suara atau pendapat umum. Disini tidak berarti bahwa
pendapat umum atau kepentingan umum itu diatas segala-galanya, sehingga suara
hati, pendapat atau kepentingan pribadi-pribadi diperkosa begitu saja.
Sebagai
mahluk Tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan
selalu mengbisikan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang
tidak baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik buruk, harus kita dengar pula
suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk hukum Tuhan atau
hukum agama.
Jadi
kebijakan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, saura hati
masyarakat dan hukum Tuhan. Kebijakan
berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah
tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihhatnya.
Baik
buruk, kebijakan dan ketidak bijakkan menimbulkan daya kreatifitas bagi
seniman. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi dan ketidakbajikan.
Namun
ada pula kebijakan semu, yaitu kejahatan yang berselubung kebijakan, kebijakan
semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud
mencari keuntungan diri sendiri.
Kebijakan
manusi nyata dan dapat dirasakan dalam tingkah lakunya. Karena tingkah laku
bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku
sendiri-sendiri, sehigga tingkah laku setiap orang berbeda-beda.
Faktor-faktor
yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor
pembawaan yang telah ditentukan pada waktu seseorang manusia dalam kandungan.
Pembawaan merupakan hal yang ditirunkan atau dipusakai oleh orang tua. Tetapi
mengapa mereka yang saudara sekandung tidak memiliki pembawaan yang sama? Hal
itu disebabkan, karena sel-sel benih yang mengandung faktor-faktor penentu
(deteminan) berjumlah sangat banyak; pada saat konsepi saling berkombinasi
dengan cara bermacam-macam sehingga menghasilkan anak yang bermacam-macam juga.
Namun mereka yang bersaudara memperlihatkan kecondongan kearah rata-rata, yaitu
sifat rata-rata yang dimiliki oleh mereka yang bersaudara sekandung. Pada masa
konsepsi atau pembuahan itulah terjadi pembentukan temperamen seseorang.
Faktor
kedua yang menentukan tingkah laku seseorang adalah lingkungan. Lingkungan yang
membentuk seseorang merupakan alam kedua yang terjadinya setelah anak lahir.
Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputu lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dalam lingkungan keluarga orang tua maupun anak-anak yang lebih tua
merupupakan panutan seseorang, sehingga bila yang dianut sebagai telada berbuat
yang baik-baik, maka si anak yang tengah membentuk diri pribadinya akan baik
juga. Dalam lingkuangan sekolah yang menjadi panutan utama adalah guru,
sementara itu teman-teman sekolah ikut serta memberikan andilnya. Dalam
lingkungan sekolah tokoh panutan seorang anak sudah memiliki posisi yang lebib
luas dibandingkan dengan dalam keluarga. Pembentukan pribadi dalam sekolah
terjadi pada masa anak-anak atau masa sekolah. Lingkungan ketiga adalah
masyarakat, yang menjadi panutan bagi seseorang adalaj tokoh masyarakat dengan
masa setelah anak-anak menjadi dewasa atau duduk diperguruan tinggi. Selain
tokoh-tokooh dalam rumah tangga, sekolah dan masyarakat yang merupakan person,
kepribadian seorang anak juga memperoleh pengaruh dari benda-benda atau
peralatan dalam lingkungan tersebut yang merupakan non person. Karena itu dalam
pembentukan kepribadian pada umumnya akan-anak kota lebih trampil dibandingkan
dengan anak pedesaan, namun dalam hubungan bermasyarakat lebih-lebih yang
berjenjang anak-anak dari daerah pedesaan lebih unggul.
Faktor
ketiga yang menetukan tingkah laku seseorang adalah pengalaman yang khas yang
pernah diperoleh. Baik pengalam pahit yang bersifat negatif, maupun pengalaman
manis yang sifatnya positif, memberikan pada manusia suatu bekal yang selaalu
dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seorang megambil tindakan. Mungkin
sekali bahwa berdasarkan hati nurani seseorang mau menolong orang dalam
kesusahan, tetapi karena pernah memperoleh pengalaman pahit waktu mau menolong
seseorang sebelumnya, maka niat bainya itu bertahan, sehingga diurungkan untuk
membantu. Belajr hidup dari pengalamn inilah yang merupakan pembentukan budaya
dalam dari seseorang.
Dalam
prakteknya, dari tiga faktor diatas , yaitu hereditas, lingkungan, dan
pengalaman, manakah yang paling dominan? Sulit diberikan jawaban, karena
ketiga-tiganya terjalin erat sekali. Disamping itu ketiga faktor tersebut dalam
membentuk pribadi seseorang berbeda kekuatannya dengan pembentukan pada pribadi
lain.
D.USAHA/PERJUANGAN
Usaha/perjuangan
adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus kerja keras
untuk kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha/perjuangan.
Perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kordat manusia. Tanpa usaha/perjuangan ,
manusia tidak dapat hidup sempurna. Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya,
ia harus kerja keras. Apabila seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan, ia harus
rajin belajar dan tekun serta memenuhi semua ketentuan akademik.
Kerja
keras itu dapat dilakukann dengan otak/ilmu maupun dengan tenaga/jasmani , atau
dengan kedua-duanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan
otak/ilmunya daripada dengan jasmaninya. Sebaliknya para buruh, petani lebih
banyak menggunakan jasmani daripada otaknya. Para tukang dan ahli politis lebih
banyak kerja otak daripada jasmani. sebaliknya para prajurit lebih banyak kerja
jasmani daripada otak.
Kerja
keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Sebalinya pemalas membuat manusia itu miskin, melarat, dan berarti menjatuhkan
harkat dan martabatnya sendiri. Karena itu tidak boleh bermalas-malas,
bersantai-santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada waktunya dan manusia
mengatur waktunya itu.
Untuk
bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena kemampuan terbatas itulah
timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia satu dan manusia lainya.
Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian/ketrampilan. Orang bekerja
dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit, ketrampilan akan memperoleh
penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai
ketrampilan/keahlian. Karena itu mencari ilmu dan keahlian/ketrampilan itu
suatu keharusan. Sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan sastra:” tuntulah ilmu
dari buaian sampai ke liang lahat” dalam pendidikan dikatakan sebagai “long
life education”
Karena
manusia itu mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan ( cinta kasih ) antara
sesama manusia, maka ketidakmampuan atau kemampuan terbatas yang menimbulkan
perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi bersama-sama secara tolong
menolong, bergotong-royong. Apabila sistem ini diangkat ke tingkat organisasi
negara, maka negara akan mengatur usaha/perjuangan warga negaranya sedemikian
rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran antara sesama warga negara dapat
dihilangkan atau tidak terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui
pendangan hidup/ideologi yang dianut oleh suatu negara.
Dalam
negara yang menganut ideologi liberalisme, kesadaran individu yang lebih
berperan untuk membantu individu lain yang kurang/tidak mampu bekerja keras
memperoleh penghasilan layak. Jika individu tidak punya kesadaran atau rendah
tingkat kesadarannya untuk membantu yang lain yang kurang/tidak mampu, maka
akan muncul perjuangan bebas dan persaingan bebas. Manusia yang satu
mengeksploitir manusia lain. Misalnya dalam hubungan kerja, majikan
memperkerjakan buruhnya dengan upah murah tak sebading dengan tenaga yang
dikeluarkannya, upah tidak memcukupi kebutuhan minimal si buruh.
Sebalinya
dakam negara yang menganut ideologi komunis, negara yang lebi berperan mangatur
usaha/perjuangn warga negara. Setiap wagra negara hharus tunduk dan patuh pada
ketentuan yang ditetapkan negara, bahkan dengan paksaan dan kekerasan. Asas
kebersamaan, pemerataan, sama rata sama rasa diterapkan dengan ketat. Akibatnya
justru melanggar keadilan, melanggar hak-hak asasi manusia itu sendiri.
Walaupun tujuan ideologi komunis itu adalah kemakmuran warga negara, caranya
mewujudkan kemakmuran itu tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia.
Manusia tidak lebih dari alat menciptakan kemakmuran. Padahal manusia itu
mahluk ciptaan Tuhan yang punya harkat dan martabat.
E.KEYAKINAN/KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan
yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Tuhhan.
Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat, yaitu aliran
naturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
1.Aliran Naturalisme
Hidup
manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi.
Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak
percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertingi. Tuhan menciptakan alam semesta
lengkap dengan hukum-hukumnya, secara mutlak dikuasai Tuhan. Manusia sebagai
mahluk tidak mampu menguasai alam ini, karena manusia itu lemah. Manusia hanya
dapat berusaha/berencana tetapi tudan yang menentukan.
Bagi
yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah mahluk
ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaran
Tuhan yaitu agama. Ajaran agama itu ada dua macam yaitu :
1.
Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan oleh
Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agama yang dogmatis bersifat mutlak/absolut,
terdapat dalam kibat sucu Al-Qur’an dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak
berubah-ubah.
2.
Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu
sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas). Ajaran agama
dipemuka-pemuka agama termasuk kebudayaan, terdapat dalam buku-buku agama yang
diulis oleh pemuka-pemuka agama. Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan
perkembangan jaman.
Apabila aliran naturalisme ini
dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari
Tuhan. Jadi, pandangan hidup dilandasi oleh ajaran-ajaran Tuhan melalui
agamanya. Manusia yakin bahwa kebajikan itu diridhoi oleh Tuhan. Pandangan
hidup yang dilandasi keyakinan bahwa Tuhanlah kekuasaan tertinggi, yang
menentukan segala-galanya disebut pandangan hidpu religius (keagamaan).
Sebaliknya,
apabila manusia tidak mengakui adanya Tuhan, natur adalah kekuatan tertinggi,
maka keyakinan itu bermula dari kekuatan natur. Pandangan hidupnya dilandasi
oleh kekuatan natur. Manusia yakin bahwa kebajikan adalah kebajikan natur.
Pandangan hidup yang dilandasi oleh kekuatan natur sifatnya atheisme. Ini
disebut pandangan hidup komunis.
2.Aliran Intelektualisme
Dasar
aliran ini adalah logika /akal. Manusia mengutamakan akal. Dengan akal manusia
berpikir. Mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun bertentangan
dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan pikir (akal)
kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi.
Teknologi adalah alat bantu mencapai kebajikan yang maksimal, walaupun mungkin
teknologi memberi akbiat yang bertentangan dengan hati nurani.
Apabila
aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakianan manusia itu
bermula dari akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran
yang diterima akal. Benar menurut akal itulah yang baik. Manusia yakin bahwa kebajikan
hanya dappat diperoleh dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan hidup ini
disebut liberalisme . kebebasan akal menimbulkan kebebasan bertingkah laku dan
berbuat, walaupun tingkah laku dan perbuatan itu bertentangan dengan hati
nurani. Kebebasan akal lebih ditekankan pada setiap individu. Karena itu
individu berakal (berilmu dan berteknologi tinggi) dapat menguasai individu
yang berpikir rendah (bodoh).
3.Aliran Gabungan
Dasar
aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal, kekuataan gaib artinya kekuatan
yang berasala dati Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar keyakinan.
Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar tidaknya sesuatu.
Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik sebagai logika berpikir maupun sebagai
rasa (hatti nurani). Jadi, apa yang benar menurut logika berpikiran juga dapat
diterima oleh hati nurani.
Apabila
aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan timbul dua kemungkinan
pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir,
sedangkan hati nurani dinomor duakan, kekuatan gaib dari Tuhan diakui adanya
tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan pada logika
berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat), pandangan
hidup ini disebut sosialisme.
Apabila
dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari tuhan dan akal, kedua-duanya mendasari
keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai logka berpikir maupun
sebagai daya rasa (hati nurani), logika berpikir baik secara individual maupu
secara kolektif pandangan hidup ini disebut sosialime-religius. Kebajikan yang
dikehendaki adalah kebijakan menurut logika berpikir dan dapat diterima oleh
hati nurani, semuanya itu berkaikan karunia Tuhan.
Apabila
kita kaji maka antara dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan poko.
Pandangan hidup sosialisme menekankan pada logika berpikir kolektif, sedangakan
pandangan hidup sosialisme religius menentukan pada logika berpikir kolektif
individual. Pandangan hidup sosialisme mengutamakan logika berpikir dari pada
hati nurani, sedangkan sosialisme religius mengutamakan kedua-duanya logika
berpikir dan hati nurani. Pandangan hidup sosialisme tidak begitu menghiraukan
kekuasaan Tuhan, sebaliknya sosialisme religius kekuasaan Tuhan begitu
menentukan.
F.LANGKAH-LANGKAT
BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK
Manusia
pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimana bentuknya. Bagaimana kita
memeperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada
yang memperlakukan pandangaan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada
pula yang memperlakukan sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan
sebagainya.
Akan
tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah-langkah berpandangan
hidup ini. Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah itulah kita dapat
memperlukan pangan hidup sebagai sarana mencapai tujuan dan cita-cita dengan
baik. Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut:
1.Mengenal
Mengenal
merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupkan tahap pertama dari setiap
aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan hidup.
Tetntunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai
pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak
manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu belum turun ke
dunia. adam dan hawalah dalam hal ini yang merupakan manusia pertama, dan
berarti pula mereka mempunyai pandangan hidupp yang digunakan sebagai pedoman
dan yang memberipetunjuk kepada mereka.
Sedangkan
kita sebagai mahluk yang beragama dan atau beragam pasti mempunyai pandangan
hidup juga dalam beragam, khususnya islam, kita mempunyai pandangan hidup yaitu
Al-Qur’an , hadist dan ijamk ulama, yang merupakan satu kesatuan dan tidak
dapat dipisah-pisahkan satu sama lainya.
2.Mengerti
Tahan
kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini
dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara
kita berpandangan pada pancasila,maka dalam berpandangan hidup pada pancasila
kita hendaknya mengerti apa pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan
bernegara. Begitu juga bagai yang berpandangan hidup pada agama islam.
Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur’an, hadist dan ijmak itu dan bagaimana
ketiganya itu mengatur kehidupan baik di dunia maupun di akherat. Selain itu
juga kita mengerti untuk apa dan dari mana Al-Qur;an itu. Sehingga dengan
demikian mempunyai suatu konsep pengertian tentang pandangan hidup dalam agama
islam.
Mengerti
terhadap pandangan hidup disini memegang peranan penting. Karena dengan
mengerti, ada kecenderungan mengikuti apa yang terdapat dalam pandangan hidup
itu.
3.Menghayati
Langkah
selanjutnya mengerti pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu.
Deengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan
benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri.
Menghayati
disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya,
yaitu dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup
itu sendiri. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini,
menganalisa hal-hal yang berhubugan dengan pandangan hidup, bertanya kepada
orang yang dianggap lebih tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan
hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu sendiri, jadi dengan menghayati
pandangan hidup akan memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu
sendiri.
Yang
perlu diingat dalam langkah mengerti dan menghayati pandangan hidup itu , yaitu
harus ada. Sikap penerima terhadap pandangan hidup itu sendiri. Dalam sikap
penerimaan pandangan hidup ini ada dua alternatif yaitu penerimaan secara
ikhlas dan penerimaan secara tidak ikhlas.
Dengan
kata lain langkah mengenai mengerti dan menghayati ini ada sikap penerimaan dan
hal merupakan langkah yang menentukan terhadap langkah selanjutnya. Bila dalam
mengerti dan menghayati ini ada penerimaan secara ikhlas , maka langkah
selanjutnya akan memperkuat keyakinannnya. Akan tetapi bila sebaliknya langkah
selanjutnya tidak berguna.
4.Meyakini
Setelah
mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau
dari segi kemasyarakatan maupun negara dan dari kehidupan di akherat, maka
hendaknya kita meyakini pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini
ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga
dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
Dengan
meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan
hidup itu. Adanya sikap menerima secara ikhlas ini ada kecenderungan untuk
selalu berpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindak tanduknya
selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang diyakininya. Dalam meyakini ini
penting juga adanya imam yang teguh. Sebab dengan imam yang tegus ini ditak
akan terpengaruh oleh pengaruh dari luar dirinya yang menyebabkan dirinya
tersugesti.
5.Mengabdi
Pengabdian
merupakan sesuatu hal yang pending daam menghayati dan meyakini sesuatu yang
telas dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain.
Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya. Sedangkan perwujudan
manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu
sendiri bisa terwujud dimasa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu
didalam akherat.
Dampak
berpandangan hidpu islam yang antara lain yaitu mengabdi kepada orang tua.
Dalam hal mengabdi kepada orang tua bila didasari oleh pandangan hidup islam
maka akan cenderung untuk selalu disertai dengan ketaatan dalam mengikuti
segala perintahnya. Setidak-tidaknya kita menyadari bahwa kita sudah selayaknya
mengabdi kepada orang tua. Karena kita dahulu yaitu dari bayi sampai dapat
berdiri sendiri karena diasuhnya dan juga kita dididik kepada hal yang baik.
Oleh
karena itu seharusnya mengabdi kepada orang tua kita dengan perwujudannya yang
berupa perbuatan yang menyenangkan hatinya, baik secara langsung maupun secara
tidak langsung. Artinya apapun yang menjadi hambatan dan tantangan kita untuk
tidak mengabdi kepadanya harus selalu ditumbangkan.
Jadi
jika kita sudah mengenal, mengerti, menghayati, dan meyakini pandangan hidup
ini, maka selayaknya disertai dengan pengabdian. Dan pengabdian ini hendaknya
dijadikan pakaian, baik dalam waktu tentram lebih-lebih bila menghadapi
hambatan, tantangan dan sebagainya.
sumber : E-Book Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar