Pages

Senin, 21 Oktober 2013

Kegiatan Pembauran Antar Sekolah, Solusi Atasi Tawuran Pelajar

Nurvita Indarini – detikNews
Rabu, 21/09/2011 09:35 WIB
Browser anda tidak mendukung iFrame
Jakarta Sebelum pelajar SMA 6 tawuran dengan wartawan, mereka sebelumnya terlibat tawuran dengan pelajar SMA 70 Jakarta. Tawuran antar pelajar di Jakarta bukan kali ini saja terjadi. Ditengarai tawuran ini kerap muncul lantaran kurangnya kegiatan pembauran antar sekolah.
“Bukan mencari kambing hitam, tetapi salah satu penyebab tawuran adalah karena selama ini, pemerintah khususnya bidang pendidikan saya anggap selalu hanya melakukan mendukung acara pertandingan antar sekolah khususnya olah raga,” kata Abimanyu Wachjoewidajat, alumnus SMA 6 Jakarta, dalam surat elektroniknya, Rabu (21/9/2011).
Menurut dia, pertandingan antar sekolah tanpa disadari selalu menyulut dendam dan emosi di pihak yang kalah. Sayangnya, tidak ada acara apa pun setelah pertandingan-pertandingan semacam itu digelar guna membuat semua pihak melupakan siapa yang menang atau kalah. Padahal acara ini penting agar para pelajar yang berkompetisi dalam pertandingan, bisa kembali dalam kebersamaan.
“Pemerintah juga tidak pernah membuat pembauran antar sekolah misal membuat proyek-proyek gabungan beberapa sekolah (futsal, basket, voli, karya-karya teknologi, biologi, kimia dan lain-lain) di mana dengan pembauran tersebut, maka masing-masing sekolah yang terlibat justru akan bersatu demi kebersamaan, dan tidak ada lagi persaingan antar sekolah. Solusi semacam ini sangat laik dipikirkan (kalau pemerintah mampu dan mau),” tutur pria yang juga pengamat telematika ini.
Abimanyu mengatakan, SMA 70 adalah sekolah yang lahir dari penggabungan SMA 9 dan SMA 11. Penggabungan kedua SMA ini membuat SMA 70 saat itu memiliki siswa sebanyak 6.000 orang. “Ini berarti kedua terbesar di dunia untuk suatu SMA,” ucap pria yang akrab disapa Abah ini.
Jika SMA 6 juga digabung dengan SMA ini, menurutnya, SMA itu akan menjadi yang terbesar di dunia. “Lalu apakah itu prestasi? Tidak sama sekali. Ini bukan partai, ini lembaga pendidikan yang tentu tidak akan efektif dan kembali akan menghadapi kasus tawuran. Bila SMA 6 diubah menjadi tempat bisnis (mal atau apa pun), bayangkan betapa beruntungnya pebisnis tersebut,” tuturnya.
Bagi Abah, solusi terbaik bukan dengan menggabungkan kedua SMA itu untuk meniadakan tawuran kedua sekolah itu, namun dengan membuat kegiatan pembauran antar sekolah. Dengan begitu pelajar antar sekolah akan lebih memiliki kebersamaan.
Diketahui sebelumnya, wartawan dan SMA 6 Jakarta terlibat bentrok di depan SMA tersebut pada Senin (19/9) kemarin. Menurut Kadiv Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Baharudin Djafar, 5 wartawan menjadi korban dan 7 siswa SMA 6 menjadi korban.
Aksi ini bermula saat wartawan Trans7 mengalami penganiayaan saat melakukan aktivitas jurnalistik pada Jumat (16/9). Reporter Oktaviardi mengambil gambar saat anak-anak SMA 70 dan SMA 6 tawuran di sekitar kawasan Blok M.
Oktaviardi kemudian dikeroyok oleh sejumlah siswa berseragam tersebut. Tak hanya dikeroyok, kaset rekaman berisi tawuran antar pelajar itu pun ikut dirampas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar