Investasi Bodong Sudah
Menyasar
Masyarakat Bawah
Sunday, 30
November 2014, 13:15 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Bisnis investasi bodong yang
memberikan harapan tinggi telah menyasar ke masyarakat kelas bawah yang
berpenghasilan rendah.
"Salah satu korbannya seorang tukang becak di Banjarnegara," kata Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Purwokerto Farid Faletehan, Purbalingga, Jawa Tengah, Ahad (30/11).
Menurut dia, tukang becak tersebut ditawari seseorang untuk berinvestasi sebesar Rp1 juta dan dalam dua bulan uangnya akan kembali sebesar Rp2 juta. Oleh karena tertarik, kata dia, tukang becak itu akhirnya ikut investasi sebesar Rp1 juta.
"Dalam dua bulan, uangnya memang kembali sebesar Rp2 juta. Oleh karena yakin, dia kembali berinvestasi sebesar Rp4 juta hingga akhirnya dapat pengembalian Rp8 juta," katanya.
Setelah mendapat pengembalian yang cukup besar, kata dia, tukang becak itu semakin yakin sehingga yang bersangkutan mengajak teman-teman dan saudara-saudaranya untuk mengumpulkan uang hingga Rp70 juta.
Akan tetapi setelah Rp70 juta dikumpulkan, lanjut dia, tidak ada pengembalian dari investasi tersebut dan uangnya tidak kembali.
"Sekarang dia stres. Waktu kami sosialisasi di Cilacap, ternyata hal itu juga ada. Jadi, kita diiming-imingi investasi dengan bunga yang tinggi namun dalam waktu singkat uang itu hangus," katanya
"Salah satu korbannya seorang tukang becak di Banjarnegara," kata Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Purwokerto Farid Faletehan, Purbalingga, Jawa Tengah, Ahad (30/11).
Menurut dia, tukang becak tersebut ditawari seseorang untuk berinvestasi sebesar Rp1 juta dan dalam dua bulan uangnya akan kembali sebesar Rp2 juta. Oleh karena tertarik, kata dia, tukang becak itu akhirnya ikut investasi sebesar Rp1 juta.
"Dalam dua bulan, uangnya memang kembali sebesar Rp2 juta. Oleh karena yakin, dia kembali berinvestasi sebesar Rp4 juta hingga akhirnya dapat pengembalian Rp8 juta," katanya.
Setelah mendapat pengembalian yang cukup besar, kata dia, tukang becak itu semakin yakin sehingga yang bersangkutan mengajak teman-teman dan saudara-saudaranya untuk mengumpulkan uang hingga Rp70 juta.
Akan tetapi setelah Rp70 juta dikumpulkan, lanjut dia, tidak ada pengembalian dari investasi tersebut dan uangnya tidak kembali.
"Sekarang dia stres. Waktu kami sosialisasi di Cilacap, ternyata hal itu juga ada. Jadi, kita diiming-imingi investasi dengan bunga yang tinggi namun dalam waktu singkat uang itu hangus," katanya
Pengertian
atau definisi investasi secara sederhana adalah menempatkan uang atau dana
dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan atas uang atau dana
tersebut. Investasi disebut juga sebagai penanaman modal.
Investasi
tidak hanya menyasar masyarakat kelas atas saja, saat ini investasi juga
menyasar masyarakat kelas bawah. Umumnya masyarakat kelas bawah yang minim
pengetahuan tentang investasi menjadi sasaran empuk bagi para pelaku-pelaku
berkedok investasi atau investasi bodong.
Sebagai
contoh, pada kasus diatas. Seorang tukang becak di Banjarnegara yang tertipu
akibat investasi bodong ini. Akibat kurangnya pengetahuan tentang investasi
tukang becak ini tertipu.
Awalnya tukang
becak ini ditawari seseorang untuk berinvestasi, dalam dua bulan uang yang
disetorkan akan menjadi berkelipatan. Awalnya ia percaya namun setelah, namun
setelah ia mengajak teman dan saudaranya sehingga terkumpul uang sebesar 70
juta tidak ada pengembalian uang yang ia investasikan.
Apabila kita
ingin berinvestasi lebih baik kita mengetahui tentang investasi itu sendiri. Jangan
hanya karna diiming-imingi dengan bungan atau pengembalian uang yang besar,
tapi kita juga harus berhati-hati dalam berinvestasi. Ada beberapa ciri-ciri
investasi bodong agar kita tidak tertipu.
1. Menjanjikan Bagi hasil keuntungan yang tidak
realistis. Seperti kasus investasi bodong terakhir yang terjadi adalah berupa
investasi usaha toko susu yang berhasil mengeruk Rp 5 M dari para anggotanya.
Dalam hal ini Pelaku menjanjikan bgi hasil keuntungan 8-15 persen per minggu
kepada setiap anggotanya. Pada awalnya, pembayaran bagi hasil berjalan lancer
hingga beberapa bulan, namun kemudian Pembayaran seret dan pelaku hilang entah
kemana. Kasus seperti ini sering terjadi dengan berbagai kedok usaha investasi
bodong seperti berkedok investasi warung makan (pernah terjadi menimpa tman
saya), arisan, Forex trading, dan lain-lain.
2. Tidak ada Badan hukumnya. Biasanya investasi
bodong atau investasi penipuan tidak terdaftar di badan hukum. Tetapi tidak
menutup kemungkinan juga investasi bodong memiliki badan hukum namun pelakunya
bener-bener nekat menipu para nasabahnya.
3. Tempat usahanya meragukan. Misal tempat usaha
yang baru aja dibangun oleh pelaku orang yang tidak kita kenal kepribadiannya
sebelumnya. Nggak logis kan tempat usaha kecil misal cuma toko susu dengan
omset penjualan tidak seberapa bila di banding bagi hasil yang ditawarkan
4. Biaya administrasi untuk bergabung invetasi
ini besar. Misalnya untuk alasan bayar produk ini itu untuk menjadi anggota.
5. Administrasi dilakukan secara manual sehingga
sulit untuk mengontrol kegiatan usaha investasi bodong tersebut dan sulit
mengoleksi data yang akurat dari kegiatan investasi tersebut
6. Skema bisnis investasi kadang tidak jelas
7. Menggunakan model ponzi scheme yaitu dana
dari investor baru dipakai untuk membayar keuntungan investor lama, begitu
seterusnya sehingga investor terakhirlah yang benar-benar terugikan meskipun
dengan dalih bahwa tidak ada istilah anggota terakhir karena pasar selalu
tumbuh.. tetapi tetap saja member terakhir rugi, Logikanya seperti itu
“Jangan
mudah tergiur menjadi kaya dengan cepat, jangan mudah tergiur bagi hasil
yang besar, cobalah dipikir ulang secara logika apakah realistis atau
tidak”
Sumber :
http://www.jatger.net/2013/01/ciri-ciri-investasi-bodong-penipuan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar