Ucapan Dan Ejaan
A. Ucapan
Bahasa Indonesia bagi sebagian
besar penuturnya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia,
bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai
sebelumnya. Pengaruh itu dapat berkenaan dengan semua aspek ketatabahasaan.
Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu
sulit dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa
Indonesia dari daerah satu dengan daerah yang lain. Sering dengan mudah kita
dapat menentukan daerah asal seorang penutur berdasarkan ucapan bahasa
Indonesianya.
B. Ejaan
Ejaan ialah keseluruhan system dan peraturan penulisan bunyi
bahasa untuk mencapai keseragaman. Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang
dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya. Ejaan yang
disempurnakan ( EYD ) mengatur :
-Pemakaian Huruf,
a. Huruf Abjad
Huruf abjad yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah :
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T,
U, V, W, X, Y dan Z.
b. Huruf Vokal
Huruf vokal di dalam bahasa Indonesia adalah : a, i, u, e
dan o
c. Huruf Konsonan
Huruf konsonan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia
adalah :
a, b, c, d, f, g, h, i, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, u, v,
w, x, y dan z.
d. Huruf Diftong
Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan
dengan ai, au dan oi.
e. Gabungan Huruf
Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu:
kh,ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
f. Pemenggalan Kata
Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan dengan cara:
Ø Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan
itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu. Contoh: aula menjadi au-la bukan a-u-l-a
Ø Jika di tengah kata ada konsonan termasuk gabungan huruf
konsonan, pemenggalan itu dilakukan
sebelum huruf konsonan. Contoh: bapak
menjadi ba-pak
Ø Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf
itu. Contoh : mandi menjadi man-di
Ø Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan,
pemenggalan itu dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama dan kedua.
Contoh : ultra menjadi ul-tra.
2. Pemakaian Huruf
Kapital dan Huruf Miring
a. Huruf Kapital
atau Huruf Besar
Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal
kalimat, petikan langsung, ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama
gelar kehormatan, unsur nama jabatan, nama orang, nama bangsa, suku, tahun,
bulan, nama geografi, dll.
b. Huruf Miring
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama
buku, majalah, surat kabar, yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah atau
ungkapan asing, dan untuk menegaskan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
3. Penulisan Kata
Kata Dasar, Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
Kata Turunan, Kata turunan (imbuhan)
Bentuk Ulang, Bentuk kata Ulang ditulis hanya dengan tanda
hubung (-)
Gabungan Kata, Gabungan kata yang dianggap senyawa ditulis
serangkai
Kata Ganti ku, mu, kau dan nya, ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya
Kata Depan di, ke, dan dari, Kata depan di dan ke ditulis
terpisah
Kata si dan sang, Kata si dan sang ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya
Partikel, Partikel per yang berarti tiap-tiap ditulis terpisah.
4. Singkatan dan
Akronim
Singkatan ialah bentuk istilah yang tulisannya diperpendek
terdiri dari huruf awalnya saja, menanggalkan sebagian unsurnya atau lengkap
menurut lisannya, Contoh : NKRI, cm,
lab. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, suku
kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata. Contoh : rudal ( peluru
kendali ), tilang ( bukti pelanggaran )
5. Angka dan
Lambang Bilangan
Penulisan angka dan bilangan terdiri dari beberapa cara
yaitu :
a. berasal dari satuan
dasar sistem internasional, Contoh : arus listrik dituliskan
A = ampere
b. menyatakan tanda
decimal, Contoh : 3,05 atau 3.05
6. Penulisan Unsur
Serapan
Penulisan unsur serapan pada umumnya mengadaptasi atau
mengambil dari istilah bahasa asing yang sudah menjadi istilah dalam bahasa
Indonesia. Contoh : president menjadi presiden
7. Pemakaian Tanda
Baca
Pemakaian tanda baca terdiri dari tanda (.) , (,), (-), (;),
(:), (”)
8. Pedoman Umum
Pembentukan Istilah
Pembentukan istilah asing yang sudah menjadi perbendaharaan
kata dalam bahasa Indonesia mengikuti kaidah yang telah ditentukan, yaitu :
a. penyesuaian
Ejaan.
Contoh : ae jika tidak bervariasi dengan e, tetap e, aerosol
tetap aerosol
b. penyesuaian
huruf gugus konsonan.
Contoh : flexible
menjadi fleksibel
c. penyesuaian
akhiran.
Contoh : etalage
menjadi etalase
d. penyesuaian
awalan.
Contoh : amputation
menjadi amputasi
-Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah penggunaan kata kiasan dan perbandingan
yang tepat untuk mengungkapkan perasaan atau pikiran dengan maksud tertentu.
Gaya bahasa berguna untuk menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam
berbicara. Gaya bahasa disebut juga majas.
a. Gaya bahasa simbolik adalah gaya bahasa yang menggunakan
perbandingan simbol benda, lambang, binatang atau tumbuhan.
Contoh : Lintah darat harus dibasmi ( Lintah darat adalah
simbol pemeras, rentenir atau pemakan riba)
b. Gaya bahasa
hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan.
Contoh : Tawanya menggelegar hingga membelah bumi.
2. Kata dan Pilihan Kata
-Pengertian Kata dan Pilihan Kata
Kata atau ayat adalah suatu unit dari suatu bahasa yang
mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Umumnya kata terdiri
dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks. Gabungan kata-kata dapat
membentuk frasa, klausa, atau kalimat.
Sedangkan pilihan kata atau diksi bisa diartikan sebagai
pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya
berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau
menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa,
ungkapan-ungkapan dan sebagainya. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi yang
bertalian dengan ungkapan-unkapan individu atau karakteristik, atau memiliki
nilai artistik yang tinggi.
-Makna Kata
Makna adalah hubungan pertalian antara bentuk dan acuan.
Contohnya kata rumah yang berarti tempat tinggal. Rangkaian bunyi r-u-m-a-h
adalah bentuk suatu kata, sedangkan tempat tinggal adalah sesuatu yang diacu
oleh bentuk kata tersebut.
-Struktur Makna Leksikal
Yang dimaksud dengan struktur leksikal adalah bermacam-macam
pertalian semantik yang terdapat di dalam kata.
2.1 Polisemi
Seperti terlihat dalam contoh yang lalu, satu kata mungkin
mempunyai arti lebih dari satu. Di antara arti-arti itu masih ada hubungan,
meskipun hanya sedikit atau hanya bersifat kiasan. Kata angin misalnya dalam
arti gramatikal masih dapat dicari hubungannya dengan yang bermakna leksikal.
Kata-kata yang dapat memiliki bermacam-macam arti demikianlah yang disebut
dengan polisemi. Poli berarti banyak, semi berarti tanda.
Dalam kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana, kata polisemi
dijelaskan sebagai memiliki makna pemakaian bentuk bahasa seperti kata, frase,
dan sebagaina dengan makna yang berbeda-beda. Misalnya:
Sumber, yang berarti: 1) Sumur, 2) Asal, 3) Tempat sesuatu
yang banyak;
Kambing hitam, yang berarti: 1) Kambing yang hitam, 2) Orang
yang dipersalahkan.
Kata polisemi dalam bahasa Inggris adalah polysemy atau
multiple meaning.
Polisemi merupakan perkembangan makna kata. Perubahan makna
kata dapat terjadi dalam suatu bahasa atau dari satu bahasa ke bahasa yang
lain. Dalam proses perubahan makna kata, makna asal ada yang masih tetap
bertahan di samping makna baru ada pula yang hilang tidak dipergunakan lagi
dalam pemakaian bahasa sehari-hari.
2.2 Homonimi
Apabila dalam polisemi kita berbicara mengenai satu kata
yang mempunyai beberapa arti, maka dalam homonimi kita memperoleh kenyataan
lain bahwa yang menyangkut dua kata atau lebih yang berlainan makna, tetapi
mempunyai bentuk yang sama (homograf) atau mempunyai bunyi yang sama (homofon).
Dalam polisemi kita hanya berhadapan dengan satu kata saja. Sedangkan dalam
homonimi kita berhadapan dengan dua kata atau lebih.
Dalam homonimi seakan-akan kita berhadapan dengan satu kata
yang mempunyai beberapa arti, tetapi arti yang satu dengan yang lain tidak
mempunyai hubungan sama sekali. Dalam hal ini sebetulnya bukan satu kata
melainkan beberapa kata (yang berlainan asal usulna) yang secara kebetulan
mempunyai bentuk yang sama.
Contoh kata-kata yang berhomonim:
Bisa, ketoprak, beruang, mengerang, dan sebagainya.
Bisa, berarti: 1) dalam bahasa Jawa berarti sanggup atau
dapat, 2) bahasa Melayu yang berarti racun.
Ketoprak, berarti: 1) dari Bahasa Jawa berarti sebangsa
sandiwara dengan menari dan menyanyi disertai gamelan, 2) dari bahasa Jakarta
berarti nama makanan terdiri dari tahu dan taoge, kecap dan sebagainya.
Beruang, berarti: 1) nama binatang buas, 2) mempunyai ruang
(bentuk dasar ruang mendapatkan afiks –ber), 3) mempunyai uang (dari bentuk
dasar uang mendapat afiks –ber).
Mengerang, berarti: 1) mengeluh, merintih karena kesakitan
(dari kata erang mendapat afiks me-), 2) mencari kerang.
Kata homonimi berasal dari bahasa Yunani Kuno yakni onoma
yang berarti nama dan homos yang berarti sama. Arti harfiahnya sama nama untuk
benda lain. Dalam bahasa Indonesia kadang-kadang homonimi masih dapat dibedakan
lagi atas homograf dan homofoni (homofon). Semua contoh tersebut adalah homonym
yang bersifat homofon. Yaitu kata-kata yang mempunyai bunyi atau ucapan yang sama.
Sedangkan kata-kata sedan (1), sedan (2), teras (1), dan teras (2), adalah
kata-kata homonym yang bersifat homograf. Yaitu kata-kata yang sama tulisannya.
2.3 Sinonimi
Sinonimi atau lebih dikenal dengan istilah sinonim yaitu
kata-kata yang bentuknya berbeda tetapi artinya sama. Kata sinonim berasal dari
kata Yunani Kuno onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara
harfiah artinya adalah nama lain untuk benda yang sama.
Yang dimaksud sama dalam batasan ini tidak bersifat mutlak,
sebab dalam pemakaian sehari-hari tidak ada dua kata yang benar-benar sama
maknanya. Bahkan yang dikatakan sinonim itu mempunyai makna yang sama sekali
berlainan.
Gorys Keraf membuat batasan sinonimi adalah suatu istilah
yang dapat ditafsirkan sebagai:
1. Telaah mengenai bermacam-macam kata yang memiliki makna
yang sama
2. Keadaan di mana dua kata memiliki makna yang sama
Sebaliknya sinonim adalah kata yang memiliki makna yang
sama.
Dalam kamus Linguistik Harimurti Kridaklaksana dijelaskan
bahwa sinonim yaitu bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk
lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat. Walaupun
umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja.
Bagaimana sinonim-sinonim itu terjadi?
1. Karena perkembangan sejarah, terutama melalui proses
serapan. Pengenalan dengan bahasa asing mengakibatkan masuknya kata-kata baru
yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa sehari-hari. Seperti kitab
dan buku.
2. Karena masuknya kata-kata daerah atau dialek-dialek yang
berbeda. Seperti tali dan tambang, singkong dan ketela.
3. Karena perbedaan gaya atau register. Seperti mati dan
meninggal, kuat dan perkasa, bagus dan elok.
4. Makna emotif (nilai rasa) dan evaluatif dapat pula
menciptakan sinonim-sinonim. Makna denotatif atau juga disebut makna kognitif,
makna ideasional, makna proposisional atau makna denotasional dari kata-kata
itu tetap sama seperti: gadis, dara dan perawan. Opas, kuli dan budak.
Ekonomis, hemat dan irit.
Di samping itu masih ada sinonim yang bersifat kolokasional
yaitu ada kata-kata yang hanya muncul dalam hubungan dengan kata tertentu.
Misalnya kata belia bersinonim dengan teruna, remaja dan muda, tetapi kata yang
boleh diikutinya dan didahuluinya tidak sama.
2.4 Hiponimi
Antara sebuah kata dengan kata yang lain sering terdapat
semacam relasi atas dan bawah, yang dalam ilmu bahasa disebut hiponimi. Karena
ada tingkat atas dan bawah, maka kata yang berkedudukan sebagai kelas atas
disebut superordinat dan dikelas bawah disebut hiponim. Contohnya bunga mawar,
bunga dahlia, bunga kamboja, bunga melati. Mawar, dahlia, kamboja dan melati
merupakan hiponim. Sedangkan Bunga adalah superordinatnya.
Dari Kamus Linguistik Harimurti Kridalaksana kita dapat
memperoleh kejelasan bahwa hiponimi adalah hubungan dalam semantik antara makna
spesifik dan makna generik. Makna generik yaitu unsur leksikal yang maknanya
mencakup segolongan unsur.
Misalnya antara kucing, anjing, dan kambing di satu pihak
dan hewan di pihak yang lainnya. Kucing,
anjing dan kambing disebut hiponim dari hewan; hewan disebut superordinat dari
kucing, anjing dan kambing; kucing, anjing dan kambing disebut ko-hiponim.
2.5 Doblet
Ada kata-kata yang benar-benar sama asal usulnya dan dalam
perkembangannya lalu ada yang berbeda bentuk maupun artinya. Jikalau sepatah
kata timbul dan mempunyai dua varian, kemudian varian itu diberi arti yang
berlainan, maka doblet ini bisa timbul.
Misalnya sajak dengan sanjak. Jabat dengan jawat. Negara
dengan negeri dan sebagainya.
3. Kalimat Efektif
-Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata
yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah
satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara
lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik
turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita
atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan
tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat
dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S)
dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan
itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa
dengan kalimat. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK : – Subjek / Subyek
(S) – Predikat (P) – Objek / Obyek (O) – Keterangan (K)
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur
yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia
bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak
miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau
frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat
berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh
kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival.
Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal,
disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat
berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh
kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat
preposisional.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang
berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya
terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya
berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga
mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa
Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami,
peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang
tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya
terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat
aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula,
objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat
aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat
di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu
ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan
pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya
yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring
pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai
pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek,
maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan
O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi
sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan
dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal
maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya
(intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat
tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa
dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada,
sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri
demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
-Tata cara penggunaan kalimat efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah
bahasa baik ejaan maupun tanda bacanya sehingga mudah dipahami oleh pembaca
atau pendengarnya. Dengan kata lain, kalimat efektif mampu menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada
pendengar atau pembacanya seperti apa yang dimaksudkan oleh penulis.
Suatu kalimat dapat dikatakan sebagai kalimat efektif jika
memiliki beberapa syarat sebagai berikut:
1. Mudah dipahami oleh pendengar atau pembacanya.
2. Tidak menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud sang
penulis.
3. Menyampaikan pemikiran penulis kepada pembaca atau
pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis dan tidak bertele-tele.
Prinsip-Prinsip Kalimat Efektif:
Kalimat efektif memiliki prinsip-prinsip yang harus dipenuhi
yaitu kesepadanan, kepararelan, kehematan kata, kecermatan, ketegasan, kepaduan
dan kelogisan kalimat. Prinsip-prinsip kalimat efektif tersebut akan diuraikan
sebagai berikut:
A. Kesepadanan Struktur
Kespadanan adalah keseimbangan antara gagasan atau pemikiran
dengan struktur bahasa yang dipakai dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat
ini diperlihatkan dengan adanya kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran.
Ciri-ciri kalimat yang memiliki kesepadanan struktur, yaitu:
1. Memiliki subjek dan predikat yang jelas
Contoh:
Bagi semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study
tour. (Tidak efektif)
Semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegaiatan study
tour. (Efekti)
Untuk menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah
pemakaian kata depan (Preposisi) di depan Subjek.
2. Tidak memiliki subjek yang ganda di dalam kalimat
tunggal.
Contoh:
Pembangunan Jalan itu kami dibantu oleh semua warga
desa. (Tidak
Efekti)
Dalam membangun jembatan itu, kami dibantu oleh semua warga
desa. (Efektif)
B. Kepararelan Bentuk
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan
di dalam kalimat. Yang dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata
pertama berbentuk verba, maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika
kata pertama berbentuk nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.
Contoh:
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah
memahami, mengetahui, dan pengaplikasian definisi kaliamt efektif. (Tidak efektif)
Langkah-langkah dalam menulis kalimat efektif adalah
memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan definisi kalimat efektif. (Efektif)
Advertisement
C. Kehematan Kata
Kalimat efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang
tidak perlu digunakan. Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal
yang harus diperhatikan adalah:
1. Menghindari unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh:
Saya tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. (Tidak efektif)
Saya tidak suka buah apel dan duren. (Efektif)
2. Menghindari kesinoniman dalam kalimat
Contoh:
Saya hanya memiliki 3 buah buku saja. (Tidak efektif)
Saya hanya memiliki 3 buah buku. (Efektif)
3. Menghindari penjamakan kata pada kata jamak
Para mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung
rektorat. (Tidak efektif)
Para mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Efektif)
D. Kecermatan
Yang dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam
memilih kata sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan makna ganda.
Contoh:
Guru baru pergi ke ruang guru. (Tidak efektif)
Guru yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)
E. Ketegasan
Kalimat efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya
sehingga ide pokonya menonjol di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada
kalimat efektif.
1. Meletakan kata kunci di awal kalimat
Contoh:
Sudah saya baca buku itu. (Tidak efektif)
Buku itu sudah saya baca. (Efektif)
2. Mengurutkan kata secara bertahap.
Contoh:
Pertemuan itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan
presiden. (Tidak efektif)
Pertemuan itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan
gubernur. (Efektif)
F. Kepaduan
Kalimat efektif memiliki kepaduan pernyataan sehingga
informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
Contoh:
Budi membicaran tentang pengalaman liburannya. (Tidak efektif)
Budi membicarak pengalaman liburannya. (Efektif)
G. Kelogisan
Ide kalimat dalam kaliamat efektif dapat diterima atau
dimengerti oleh akal dan sesuai dengan kaidah EYD.
Contoh:
Waktu dan tempat kami persilahkan! (Tidak efektif)
Bapak kepala sekolah kami persilahkan! (Efektif)
Demikianlah prinsip-prinsip dalam kalimat efektif yang harus
ada atau dipenuhi dalam pembuatan kalimat efektif agar tujuan komunikatif
kalimat tersebut dapat tersampaikan dengan jelas kepada pendengar atau
pembacanya.
Contoh-contoh kalimat efektif:
Karena tidak tidur semalaman, dia terlambat datang ke
sekolah.
Dia memakai baju merah.
Sesudah dipahami dan dihayati pancasila harus diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Tugas itu bagi saya sangat mudah.
Semua mahasiswa diwajibkan membayar uang kuliah sebelum
tanggal 26 Februari 2015.
Saya sedang membuat nasi goreng.
Selanjutnya, saya akan menjelaskan pentingnya air bagi
kehidupan.
References
https://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_ejaan_dan_penulisan_kata
http://kittingblogger.blogspot.co.id/2015/04/ucapan-dan-ejaan.html
http://imstuff-it.blogspot.co.id/2014/10/diksi-atau-pemilihan-kata.html
https://desifitras.wordpress.com/2014/11/03/tugas-i-ucapan-dan-ejaan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kata
https://dioramakata.wordpress.com/2014/01/09/struktur-leksikal/
https://elgrid.wordpress.com/2011/12/26/pengertian-kalimat-2/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat
http://www.kelasindonesia.com/2015/02/pengertian-kalimat-efektif-adalah-beserta-contoh-lengkap.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar