A. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas
dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan
bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun bahasa dapat
digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan
penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki.
Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa atau berbicara
apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan. Dibawah ini ada
beberapa pengertian
bahasa menurut ahli :
Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli :
·
Pengertian
Bahasa menurut (Depdiknas, 2005: 3)Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran
dan perasan manusia secara teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya.
·
Pengertian
Bahasa menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126) bahasa merupakan
struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan
suatu tujuan.
·
Sedangkan
bahasa menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Hasan Alwi, 2002: 88) bahasa
berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau
anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri
dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang
baik
Bahasa adalah sistem. Maksudnya bahasa itu tunduk kepada kaidah-kaidah tertentu baik fonetik, fonemik, dan gramatik. Dengan kata lain bahasa itu tidak bebas tetapi terikat kepada kaidah-kaidah tertentu.
Sistem bahasa itu sukarela (arbitary). Sistem
berlaku secara umum, dan bahasa merupakan peraturan yang mendasar. Sebagai
contoh: ada beberapa bahasa yang memulai kalimat dengan kata benda seperti
Bahasa Inggris, dan ada bahasa yang mengawali kalimatnya dengan kata kerja. Dan
seseorang tidak dapat menolak aturan-aturan tersebut baik yang pertama maupun
yang kedua. Jadi tidak tunduk kepada satu dialek tertentu.
Bahasa itu pada dasarnya adalah bunyi, dan manusia sudah menggunakan
bahasa lisan sebelum bahasa lisan seperti halnya anak belajar berbicara sebelum
belajar menulis. Di dunia banyak orang yang bisa berbahasa lisan, tetapi tidak
dapat menuliskannya. Jadi bahasa itu pada dasarnya adalah bahasa lisan
(berbicara), adapun menulis adalah bentuk bahasa kedua. Dengan kata lain bahasa
itu adalah ucapan dan tulisan itu merupakan lambang bahasa.
Bahasa itu simbol. Bahasa itu merupakan
simbol-simbol tertentu. Misalnya kata ”rumah” menggambarkan hakikat sebuah
rumah. Jadi bahasa itu adalah lambang-lambang tertentu. Pendengar atau pembaca
meletakkan simbol-simbol atau lambang-lambang tersebut secara proporsional
B. Aspek
Bahasa
Bahasa dapat ditinjau dari tujuh aspek, yaitu:
1. Bahasa merupakan sebuah sistem, artinya bahasa susunan
kata-kata yang teratur dan jika kehilangan salah satu unsur
akan merubah atau merancukan sebuah arti dalam kalimat.
2. Bahasa merupakan sistem tanda, artinya sudah ada kesepakatan
atau konvensi bahwa sebuah bahasa dapat mewakili suatu hal
atau peristiwa yang dipahami bersama dalam satu.
contoh: - Kursi adalah sarana tempat duduk bagi manusia.
- Kuda adalah salah satu binatang mamalia yang
berkaki empat dan bisa digunakan sebagai alat
transportasi.
3. Bahasa merupakan sistem bunyi karena dasar dari bahasa
adalah bunyi dan tulisan merupakan aspek atau alternatif
kedua yang tidak kalah pentingnya.
4. Bahasa merupakan konvensi atau kesepakatan dari pengguna
suatu bahasa.
5. Bahasa itu produktif, artinya bahasa intensitas penggunanya
sangat tinggi dan vital.
6. Bahasa itu unik setiap bahasa mempunyi sistem yang berbeda
dan beragam penamaan dan penggunaannya.
7. Bahasa merupakan identitas suatu kelompok sosial yang
menggambarkan ciri budaya.
1. Bahasa merupakan sebuah sistem, artinya bahasa susunan
kata-kata yang teratur dan jika kehilangan salah satu unsur
akan merubah atau merancukan sebuah arti dalam kalimat.
2. Bahasa merupakan sistem tanda, artinya sudah ada kesepakatan
atau konvensi bahwa sebuah bahasa dapat mewakili suatu hal
atau peristiwa yang dipahami bersama dalam satu.
contoh: - Kursi adalah sarana tempat duduk bagi manusia.
- Kuda adalah salah satu binatang mamalia yang
berkaki empat dan bisa digunakan sebagai alat
transportasi.
3. Bahasa merupakan sistem bunyi karena dasar dari bahasa
adalah bunyi dan tulisan merupakan aspek atau alternatif
kedua yang tidak kalah pentingnya.
4. Bahasa merupakan konvensi atau kesepakatan dari pengguna
suatu bahasa.
5. Bahasa itu produktif, artinya bahasa intensitas penggunanya
sangat tinggi dan vital.
6. Bahasa itu unik setiap bahasa mempunyi sistem yang berbeda
dan beragam penamaan dan penggunaannya.
7. Bahasa merupakan identitas suatu kelompok sosial yang
menggambarkan ciri budaya.
Ada beberapa aspek dalam bahasa
yaitu aspek fisik dan aspek sosial :
Aspek Fisik Bahasa : Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa bahasa merupakan Basaha
merupakan suatu bentuk alat komunikasi manusia yangberupa lambang bunyi melalui
alat ucap, dimana setiap suara yang dikeluarkannya memiliki arti. Maka yang
dimaksud aspek fifik bahasa pada dasrnya mencakup tiga aspek. Pertama,
bagaimana bunyi itu dihasilkan (aspek produksi). Kedua, Bagaimana ciri – ciri
bunyi bahasa yang diujarkan (aspek akustis). Ketiga, bagaimana bunyi bahasa itu
dipahami melalui indra pendengaran (aspek persepsi bunyi bahasa).
Untuk menghasilkan bunyi bahasa yang benar diperlukan
alat bicara yang normal, keterampilan dan kemampuan organ alat bicara dalam
melakukan artikulasi, serta kemampuan mengatur pernapasan. Perubahan proses
produksi bunyi menghasilkan perubahan kualitas bunyi (aspek produksi). Sebagai
akibat proses artikulasi yang berbeda pada bahasa – bahasa di dunia ini, bunyi
– bunyi bahasa yang dihasilkan berbagai bahasa itu pun berbeda (aspek akustis).
Indra pendengaran mampu menangkap dan memahami rangkaian bunyi vokal dan
konsonan yang membentuk sebuah tuturan, cepat lambat tuturan, dan nada tuturan
yang dihasilkan oleh seorang penutur(aspek presepsi bunyi suara).
Aspek Sosial
Bahasa : Bahasa mempunyai variasi dan
memiliki ragam. Di dalam lingkungan masyarakat, ada bahasa yang digunakan dan
memperlihatkan ciri keakraban atau keintiman. Bahasa yang ditandai bentuk dan
pilihan kata akrab seperti gue, loe, bete. Berikut termasuk ke dalam ragam
intim. Ragam berikutnya dikenal sebagai ragam konsultatif, yang merupakan ragam
bahasa yang digunakan pada saat guru mengajar di kelas. Cirinya berbeda dengan
ragam formal atau resmi. Ragam lain adalah bahasa yang ditandai ujaran – ujaran
baku dan beku sebagaimana yang terdengar dalam acara ritual dan seremonial.
C. Fungsi
Bahasa
1. Bahasa sebagai sarana komunikasi
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi budaya.
Bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat. Fungsi tersebut digunakan dalam berbagai lingkungan, tingkatan, dan kepentingan yang beraneka ragam, misalnya : komunikasi ilmiah, komunikasi bisnis, komunikasi kerja, dan komunikasi sosial, dan komunikasi budaya.
2. Bahasa sebagai sarana integrasi dan adaptasi
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya : integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen, integritas keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.
Dengan bahasa orang dapat menyatakan hidup bersama dalam suatu ikatan. Misalnya : integritas kerja dalam sebuah institusi, integritas karyawan dalam sebuah departemen, integritas keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, integritas berbangsa dan bernegara.
3. Bahasa sebagai sarana kontrol sosial
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Masing – masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol – simbol lain yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan dalam bentuk : aturan, anggaran dasar, undang – undang dan lain – lain.
Bahasa sebagai kontrol sosial berfungsi untuk mengendalikan komunikasi agar orang yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memahami. Masing – masing mengamati ucapan, perilaku, dan simbol – simbol lain yang menunjukan arah komunikasi. Bahasa kontrol ini dapat diwujudkan dalam bentuk : aturan, anggaran dasar, undang – undang dan lain – lain.
4. Bahasa sebagai sarana memahami diri
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan, psikis, karakternya, psikososial, dan lain – lain. Dari pemahaman yang cermat atas dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya dan mengorbitkan-nya ke arah pengembangan potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.
Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya, dan sebagainya. Pemahaman ini mencakup kemampuan fisik, emosi, inteligensi, kecerdasan, psikis, karakternya, psikososial, dan lain – lain. Dari pemahaman yang cermat atas dirinya, seseorang akan mampu membangun karakternya dan mengorbitkan-nya ke arah pengembangan potensi dan kemampuannya menciptakan suatu kreativitas baru.
5. Bahasa sebagai sarana ekspresi diri
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).
Bahasa sebagai ekspresi diri dapat dilakukan dari tingkat yang paling sederhana sampai yang paling kompleks atau tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Ekspresi sederhana, misalnya, untuk menyatakan cinta (saya akan senatiasa setia, bangga dan prihatin kepadamu), lapar (sudah saatnya kita makan siang).
6. Bahasa sebagai sarana memahami orang lain
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain, seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional, kecerdasan, karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.
Untuk menjamin efektifitas komunikasi, seseorang perlu memahami orang lain, seperti dalam memahami dirinya. Dengan pemahaman terhadap seseorang, pemakaian bahasa dapat mengenali berbagai hal mencakup kondisi pribadinya: potensi biologis, intelektual, emosional, kecerdasan, karakter, paradigma, yang melandasi pemikirannya, tipologi dasar tempramennya (sanguines, melankolis, kholeris, flagmatis), bakatnya, kemampuan kreativitasnya, kemempuan inovasinya, motifasi pengembangan dirinya, dan lain – lain.
7. Bahasa sebagai sarana mengamati lingkungan sekitar
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga dapat mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa yang melatar belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil pengamatan,. dan apa kesimpulan.
Bahasa sebagai alat untuk mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian proses berfikir sehingga dapat mengekspresikan hasil pengamatan tersebut secara pasti. Misalnya apa yang melatar belakangi pengamatan, bagaimana pemecahan masalahnya, mengidentifikasi objek yang diamati, menjelaskan bagaimana cara (metode) mengamati, apa tujuan mengamati, bagaimana hasil pengamatan,. dan apa kesimpulan.
8. Bahasa sebagai sarana berfikir logis
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis induktif, deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual. Melalui proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak. Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.
Kemampuan berfikir logis memungkinkan seseorang dapat berfikir logis induktif, deduktif, sebab – akibat, atau kronologis sehingga dapat menyusun konsep atau pemikiran secara jelas, utuh dan konseptual. Melalui proses berfikir logis, seseorang dapat menentukan tindakan tepat yang harus dilakukan. Proses berfikir logis merupakn hal yang abstrak. Untuk itu, diperlukan bahasa yang efektif, sistematis, dengan ketepatan makna sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak tersebut menjadi konkret.
9. Bahasa membangun kecerdasan
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem dan fungsi bahasa dalam mengolah kata, kalimat, paragraf, wacana argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis atau pemaparan, dan kemampuan mengunakan ragam bahasa secara tepat sehingga menghasilkan kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan.
10. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan. Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
Selain kecerdasan berbahasa, seseorang dimungkinkan memiliki beberapa kecerdasan sekaligus. Kecerdasan – kecerdasan tersebut dapat berkembang secara bersamaan. Selain memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang tekun dan mendalami bidang studinya secara serius dimungkinkan memiliki kecerdasan yang produktif. Misalnya, seorang ahli program yang mendalami bahasa, ia dapat membuat kamus elektronik, atau membuat mesin penerjemah yang lebih akurat dibandingkan yang sudah ada.
11. Bahasa membangun karakter
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana misalnya : rasa lapar, rasa cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks , misalnya : membuat proposal yang menyatakan dirinya akan menbuat suatu proyek, kemampuan untuk menulis suatu laporan.
Kecerdasan berbahasa memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih baik. Dengan kecerdasan bahasanya, seseorang dapat mengidentifikasi kemampuan diri dan potensi diri. Dalam bentuk sederhana misalnya : rasa lapar, rasa cinta. Pada tingkat yang lebih kompleks , misalnya : membuat proposal yang menyatakan dirinya akan menbuat suatu proyek, kemampuan untuk menulis suatu laporan.
12. Bahasa Mengembangkan profesi
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran, tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier / profesi. Puncak pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra, pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses pembelajaran, tetapi bertumpu pada pengalaman barunya. Proses berlanjut menuju pendakian puncak karier / profesi. Puncak pendakian karier tidak akan tercapai tanpa komunikasi atau interaksi dengan mitra, pesaing dan sumber pegangan ilmunya. Untuk itu semua kaum profesional memerlukan ketajaman, kecermatan, dan keefektifan dalam berbahasa sehingga mempu menciptakan kreatifitas baru dalam profesinya.
13. Bahasa sarana menciptakan kreatifitas baru
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya. Melalui pendidikan yang kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas yang baru.
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi suatu pemikiran yang logis dimungkinkan untuk mengembangkan segala potensinya. Perkembangan itu sejalan dengan potensi akademik yang dikembangkannya. Melalui pendidikan yang kemudian berkembang menjadi suatu bakat intelektual. Bakat alam dan bakat intelektual ini dapat berkembang spontan menghasilkan suatu kretifitas yang baru.
D. Ragam,
Laras, dan Variasi Bahasa
- Ragam
Bahasa
Ragam Bahasa
adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan,
menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut
medium pembicara (Bachman, 1990). Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap
sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di
kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan),
di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat
dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi. Menurut Felicia (2001
: 8), ragam bahasa dibagi berdasarkan :
1. Media pengantarnya atau sarananya, yang terdiri atas :
a. Ragam
lisan.
Ragam lisan
adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. Kita dapat menemukan ragam
lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau memberi sambutan,
dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang nonstandar, misalnya
dalam percakapan antarteman, di pasar, atau dalam kesempatan nonformal lainnya.
b. Ragam
tulis.
Ragam tulis
adalah bahasa yang ditulis atau yang tercetak. Ragam tulis pun dapat berupa ragam
tulis yang standar maupun nonstandar. Ragam tulis yang standar kita temukan
dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga
dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau
poster.
2. Berdasarkan situasi dan pemakaian
Dalam
penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna
kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam
penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam
pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur
kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa
baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan
unsur-unsur di dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak
menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi
pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan
secara lisan.
Pembicaraan
lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa
lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis,
tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk
tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan
ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa
serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu
masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Contoh
perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan tata bahasa
dan kosa kata) :
- Tata
Bahasa
Tata Bahasa
(Bentuk kata, Tata Bahasa, Struktur Kalimat, Kosa
Kata)
|
|||
Ragam Bahasa Lisan
|
Ragam Bahasa Tulisan
|
||
- Nia sedang baca surat kabar
- Ari mau
nulis surat
- Tapi kau
tak boleh nolak lamaran itu.
- Mereka
tinggal di Menteng.
- Jalan
layang itu untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
|
- Nia sedang membaca surat kabar
- Ari mau menulis surat
- Namun, engkau tidak boleh
menolak lamaran itu.
- Mereka bertempat tinggal di Menteng
|
||
- Kosa
kata
Contoh ragam
lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
Ragam Lisan
|
Ragam Tulis
|
- Ariani
bilang kalau kita harus belajar
- Kita harus bikin karya tulis
- Rasanya
masih terlalu pagi buat saya, Pak
|
- Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar
- Kita harus membuat karya tulis.
- Rasanya
masih terlalu muda bagi saya, Pak.
|
Istilah lain
yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam bahasa standar, semi
standar dan nonstandar.
a. ragam
standar,
b. ragam
nonstandar,
c. ragam
semi standar.
Bahasa ragam
standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi,
kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes sehingga
memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan, serta mengizinkan
perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam kehidupan modem (Alwi,
1998: 14).
Pembedaan
antara ragam standar, nonstandar, dan semi standar dilakukan berdasarkan :
a. topik
yang sedang dibahas,
b. hubungan
antarpembicara,
c. medium
yang digunakan,
d.
lingkungan, atau
e. situasi
saat pembicaraan terjadi
Ciri yang
membedakan antara ragam standar, semi standar dan nonstandar :
• Penggunaan
kata sapaan dan kata ganti,
• Penggunaan
kata tertentu,
• Penggunaan
imbuhan,
• Penggunaan
kata sambung (konjungsi), dan
• Penggunaan
fungsi yang lengkap.
Penggunaan
kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam standar dan ragam
nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita hormati, kita akan
cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu, Saudara, Anda. Jika kita
menyebut diri kita, dalam ragam standar kita akan menggunakan kata saya atau
aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan menggunakan kata gue.
Penggunaan
kata tertentu merupakan ciri lain yang sangat menandai perbedaan ragam standar
dan ragam nonstandar. Dalam ragam standar, digunakan kata-kata yang merupakan
bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu tertentu. Penggunaan imbuhan adalah
ciri lain. Dalam ragam standar kita harus menggunakan imbuhan secara jelas dan
teliti.
Penggunaan
kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi) merupakan ciri pembeda
lain. Dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung dan kata depan
dihilangkan. Kadang kala, kenyataan ini mengganggu kejelasan kalimat.
Contoh : (1)
Ibu mengatakan, kita akan pergi besok
(1a) Ibu
mengatakan bahwa kita akan pergi besok
Pada contoh
(1) merupakan ragam semi standar dan diperbaiki contoh (1a) yang merupakan
ragam standar.
Contoh : (2)
Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.
(2a) Mereka
bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1)
kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2) kehilangan kata depan
(untuk). Dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering dihilangkan. Hal ini
menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi standar.
Kelengkapan
fungsi merupakan ciri terakhir yang membedakan ragam standar dan nonstandar.
Artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan karena situasi sudah
dianggap cukup mendukung pengertian. Dalam kalimat-kalimat yang nonstandar itu,
predikat kalimat dihilangkan. Seringkali pelesapan fungsi terjadi jika kita
menjawab pertanyaan orang. Misalnya, Hai, Ida, mau ke mana?” “Pulang.” Sering
kali juga kita menjawab “Tau.” untuk menyatakan ‘tidak tahu’. Sebenarnya,
pëmbedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak disebutkan di atas adalah
Intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya ditemukan dalam ragam lisan
dan tidak terwujud dalam ragam tulis.
- Laras
Laras bahasa
adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya. Dalam hal ini kita mengenal
iklan, laras ilmiah, laras ilmiah populer, laras feature, laras komik, laras
sastra, yang masih dapat dibagi atas laras cerpen, laras puisi, laras novel,
dan sebagainya.
Setiap laras
memiliki cirinya sendiri dan memiliki gaya tersendiri. Setiap laras dapat
disampaikan secara lisan atau tulis dan dalam bentuk standar, semi standar,
atau nonstandar. Macam-macam laras bahasa adalah laras ilmiah, laras satra
(puisi, cerpen, novel), laras jurnalistik (berita, editorial, iklan, dll),
laras hokum, laras kedokteran, dll.
Contoh
penerapan laras
Laras
Bidang
|
SIFAT
|
|
Ilmiah
|
Non Ilmiah
|
|
Hukum
Bisnis
Sastra
Kedokteran
|
Dia
dihukum karena melakukan tindak pidana.
Setiap
agen akan mendapatkan rabat khusus.
Alur cerita sinetron itu sangat membosankan.
Epilepsi bukan penyakit menular.
|
Dia
dihukum karena melakuakan penipuan dan penggelapan.
Setiap
agen akan mendapat potongan khusus.
Jalan cerita sinetron itu sangat membosankan.
Ayan bukan penyakit menular.
|
- Variasi
Sebagai
sebuah langue sebuah bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami
sama oleh semua penutur bahasa itu. Namun, karena penutur bahasa tersebut,
meski berada dalam masyarakat tutur, tidak merupakan kumpulan masyarakat yang
homogenn, maka wujud bahasa yang konkret, yang disebut parole, menjadi tidak
seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi. Terjadinya keragaman atau
kevariasian bahasa ini bukan disebabkan oleh penuturnya yang tidak homogen,
tetapi juga karena kegiatan interaksi social yang mereka lakukan sangat
beragam.
Ada dua
variasi dalam kajian bahasa. Kedua variasi bahasa itu adalah variasi internal
dan variasi eksternal. Variasi internal lazim disebut variasi sistemik, yaitu
variasi bahasa yang kehadirannya disebabkan oleh faktor-faktor internal bahasa
atau dalam lingkugan bahasa (linguistic environment). Variasi internal
bersumber dari sebuah system atau struktur bahasa yang bersangkutan, oleh sebab
itu variasi internal bukan hanya terjadi dalam subsistem fonologi, tetapi dapat
terjadi dalam subsistem gramatika dan subsistem leksikon. Dalam dikotomi de
Saussure dan Pike variasi internal terjadi pada langue atau emik (misalnya
dengan dimanfaatkan istilah fonem, morfem, leksem) dan juga parole atau etik
(misalnya dengan dimanfaatkan istilah alofon, alomorf) dalam linguistik umum.
Variasi
eksternal lazim disebut variasi ekstrasistemik, yaitu variasi yang kehadirannya
disebabkan oleh faktor-faktor di luar system bahasa. Variasi internal cenderung
diperhatikan oleh para linguis, sedangkan variasi eksternal cenderung
diperhatikan oleh para sosiolinguis. Kehadiran variasi eksternal disebabakan
oleh adanya perbedaan struktur dan pranata sosial dan kemajemukan masyarakat
khususnya masyarakat perkotaan baik bersifat horizontal maupun vertikal.
Kemajemukan horizontal dapat diamati dari faktor: (a) etnik dan rasa tau asal
usul keturunan, (b) bahasa daerh, (c) adat istiadat atau perilaku, (d) agama,
dan (e) pakaian atau makanan, dan material lainnya. Adapun kemajemukan vertkal
dapat diamati dari faktor: (a) penghasilah/ekonomi, (b) pendidikan, (c)
pemukiman, (d) pekerjaan, dan (e) kedudukan sosiopolitik. Variasi eksternal
bersumber dari variasi interpersonal, intrapersonal, dan variasi inheren
(bawaan).
• Variasi
dari Segi Penutur
Variasi
bahasa pertama yang kita lihat berdasarkan penuturnya adalah variasi bahasa
yang disebut idiolek, yakni variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Variasi
idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan
kalimat, dan sebagainya.
Variasi
bahasa kedua berdasarkan penuturnya adalah yang disebut dialek, yakni variasi
bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada pada satu
tempat, wilayah, atau area tertentu. Para penutur dalam suatu dialek, meskipun
mereka mempunyai idioleknya masing-masing, memiliki kesamaan ciri yang menandai
bahwa mereka berada pada satu dialek, yang berbeda dengan kelompok penutur
lain, yang berada dalam dialeknya sendiri dengan ciri lain yang menandai
dialeknya juga.Penggunaan istilah dialek dan bahasa dalam masyarakat umum
memang seringkali bersifat ambigu.
Variasi
ketiga berdasarkan penutur adalah yang disebut kronolek atau dialek temporal,
yakni variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
Variasi bahasa yang keempat berdasarkan penuturnya adalah apa yang disebut
sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status,
golongan, dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya
variasi inilah yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk
membicarakannya, karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para
penuturnya, seperti usia, pendidikan seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan,
keadaan sosial ekonomi, dan sebagainya. Sehubungan dengan variasi bahasa
berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas sosial para penuturnya,
biasanya dikemukakan oleh variasi bahasa yag disebut akrolek, basilek, vulgar,
slang, kolokial, jargon, argot, dan ken.
• Variasi
dari Segi Pemakaian
Variasi ini
biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat
keformalan, dan sarana penggunaan. Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian
ini adalah menyangkut bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa.
Misalnya, bidang sastra jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran,perekonomian,
perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan.
• Variasi
dari Segi Keformalan
Berdasarkan
tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya The Five Clock
membagi variasi bahasa atas lima macam gaya (Inggris style), yaitu gaya atau
ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha
(konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab
(intimate). Dalam kehidupan sehari-hari kelima ragam di atas, yang dilihat dari
keformalan penggunaannya, mungkin secara bergantian kita gunakan.
• Variasi
dan Segi Sarana
Variasi
bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Adanya
ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis didasarkan pada kenyataan bahwa
bahasa lisan dan bahasa tulis memiliki wujud struktur yang tidak sama.
Sumber :
http://www.kajianteori.com/2013/03/pengertian-bahasa-menurut-ahli.html
https://aldyforester.wordpress.com/2013/03/24/pengertian-dan-fungsi-bahasa/
https://risanputtra.wordpress.com/2013/10/09/pengertian-bahasa-aspek-dan-fungsinya/
http://elishisa.blogspot.co.id/2015/10/bahasa.html#more